Selasa, 08 Juni 2010

Skema Rangkaian BCD TO 7 SEGMENT DECODER

Skema Rangkaian



sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com

electronic-schema.blogspot.com

5.2 Saran.

Pembuatan proyek rangkaian digital seperti ini ternyata sangat membantu dalam kreatifitas para mahasiswa, terutama kami sebagai mahasiswa jurusan Sistem Komputer yang tentunya sangat perlu belajar untuk membuat proyek-proyek rangkaian digital seperti ini. Dan rangkaian ini dapat dikembangkan lebih luas lagi sehingga hasilnya akan lebih bermanfaat.
Rangkaian BCD to 7 Segment Decoder ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan karena masih adanya keterbatasan ilmu pengetahuan, oleh karena itu masih banyak kemungkinan pengembangan yang dapat dilakukan dari rangkaian BCD to 7 Segment Decoder ini. Dari keseluruhan kerja yang telah kami lakukkan, dan berbagi kendala yang terjadi selama proses pembuatan rangkaian BCD to 7 Segment Decoder ini, mulai dari pembuatan skema pada Printed Circuit Board (PCB), pemasangan, dan penyolderan komponen hingga pemasangan ke dalam box / aklirik yang telah jadi, penulis menyarankan beberapa hal, antara lain :
v     Untuk pembuatan skema pada PCB, beri mahasiswa pelatihan khusus untuk membuat skema pada PCB dan yakinkan bahwa hitamnya tinta sebuah bagus / penuh (tidak berpori / berserat) sebelum merendamnya dalam larutan Ferri Clorit agar hasilnya bagus.
v     Pada saat pemasangan komponen, pastikan kaki-kaki komponen tidak tertukar tempat pada lubang (hole) PCB.
v     Untuk penyolderan, gunakan timah yang kilapnya bagus (biasanya merk Asahi) dan hindarkan terlalu lama memanaskan nya pada kaki komponen agar komponen tidak rusak (terutama untuk komponen IC) serta buatlah cairan timah pengerutan pada kaki komponen.
v     Periksalah seluruh rangkain sekali atau dua kali lagi sebelum mencoba
menggunakan BCD to 7 Segment Decoder yang telah dibuat.
  

Dan setelah melaksanakan praktikum, kami ingin menyampaikan beberapa saran diantaranya adalah :
1.   Agar materi yang disampaikan untuk bahan pembuatan proyek atau makalah lebih di tingkatkan lagi.
2.   Pemeliharaan alat-alat praktikum agar lebih diperhatikan lagi terutama IC dan komponen-komponen lainnya.
3.   Untuk waktu yang diberikan pada saat proyek dan pembuatan makalah, agar dapat ditambah.
4.   Dalam penbuatan alat dan makalah ini, kami harap kakak Asisten dapat membantu dan memberikan petunjuk.
5.   Untuk waktu yang diberikan pada saat proyek dan pembuatan makalah, agar dapat ditambah, karena tugas kami saat kuliah sangat banyak, tidak hanya mengerjakan proyek ini saja.






BAB V PENUTUP

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Rangkaian BCD to 7 Segment Decoder adalah rangkaian digital yang berfungsi untuk mengkonversi bilangan BCD menjadi bilangan desimal. Alat ini menggunakan sebuah IC Decoder yang untuk menampilkan kode-kode biner menjadi tanda-tanda yang dapat ditanggapi secara visual di dalam sebuah Display.
Rangkaian ini disertai dengan 4 buah Switch yang digunakan untuk menentukan masukan (input) yakni berupa bilangan BCD (Binary-Coded Decimal). Rangkaian ini juga disertai dengan sebuah 7 Segment Display yang berfungsi sebagai output dari rangkaian ini, yakni berupa bilangan/ angka dalam bentuk desimal.
Setelah menyelesaikan proyek BCD to 7 Segment Decoder ini kami juga dapat menarik kesimpulan lain, antara lain :
a)     Untuk dapat menyelesaikan suatu proyek harus benar-benar terencana karena untuk dapat menghasilkan proyek yang baik, harus dimulai dengan
perencanaan komponen, dan kemudian pembuatan jalur rangkaian pada
papan PCB dengan memperhatikan contoh rangkaian pada sket gambar
yang diberikan.
b)     Dengan memanfaatkan teori dan praktek pada praktikum sistem digital
kami mulai merangkai komponen pada PCB yang sebelumnya telah kita
buat jalur rangkaiannya.
c)      BCD to 7 Segment Decoder ini merupakan rangkaian digital yang terdiri dari komponen-komponen seperti resistor, switch, IC (Integral Circuit), 7 segment display, dan LED, yang semuanya dirangkai sehingga didapatkan hasil seperti yang diinginkan.
d)     BCD to 7 Segment Decoder ini merupakan salah satu dari alat digital sederhana dan bermanfaat sekali pada penggunaannya, terutama pada bidang pendidikan.

BAB IV CARA PENGOPRASIAN ALAT

BAB IV
CARA PENGOPRASIAN ALAT

Pertama – tama sebelum kita melakukan  pengoperasian alat,yang harus kita perlukan adalah tegangan (voltage) untuk dapat menjalankan rangkaian ini, adapun voltage yang digunakan antara lain dari catu daya, adaptor, maupun batu battery. Apabila kita menggunakan catu daya DC maka voltage (tegangan) yang dipakai sebesar 3 V, atau kita dapat mengambil tegangan ini baik melalui adaptor ataupun batu batery yang mempunyai voltage 3 V.
Keuntungan kita menggunakan catu daya dari pada adaptor adalah kita tidak pelu takut atau khawatir apabila arus dari tegangan habis atau tidak ada, yang dikarenakan losst current/kehilangan arus. Tetapi penggunaan daripada catu daya dari adaptor perlu diperhatikan lagi, karena bila voltage terlalu besar ini bisa merusak komponen-komponen.
Setelah itu, langkah selanjutnya adalah memasang catu daya tersebut pada rangkaian, yang terdiri dari terminal (+) dan (_), dan pastikan catu daya tersebut dalam kondisi off terlebih dahulu, pada pemasangan catu daya ini, diharapkan jangan sampai salah memasang, karena apabila salah dalam pemasangannya, selain rangkaian tidak dapat berfungsi, juga dapat merusak komponen – komponen pada rangkaian tersebut.
Untuk menjalankan alat ini cukup masukkan input di 4 buah saklar yang ada. Jika saklar OFF berarti input bernilai 0, sedangkan jika saklar ON berarti input bernilai 1. Input yang harus diberikan di alat ini adalah berupa bilangan BCD (Binary-Coded Decimal). Kemudian Anda bisa melihat hasilnya di sebuah 7 Segment Display yang ada di alat ini, yakni berupa bilangan desimal.


2.3.5 Pemecah Sandi (Decoder)

           Pemecah sandi (decoder) merupakan suatu rangkaian logika terintegrasi yang berfungsi untuk menampilkan kode-kode biner menjadi tanda-tanda yang dapat ditanggapi secara visual. Sesuai dengan ragam cara penyandian, maka dapat dijumpai beragam tipe dekoder, yang salah satu diantaranya dekoder BCD ke dasan. Dekoder yang akan dipelajari dalam percobaan ini mempunyai 4 saluran masukan, dan 7 saluran keluaran. Sinyal keluaran 0 dari dekoder ini akan mengaktifkan (menyalakan) salah satu ruas  LED pada peraga 7 ruas.


Gambar 2.33 Pemecah sandi BCD ke seven segment

Untuk menyatakan bilangan desimal dalam peraga seven segment, maka tabel kebenarannya ditunjukkan pada tabel 3.1. Berdasarkan tabel tersebut dapat ditentukan fungsi logika dari masing-masing ruas. Pada percobaan ini, fungsi tersebut dikembangkan sehingga hanya diperlukan gerbang AND, OR, dan NOR masing-masing satu IC untuk menyusun rangkaian logika tiap ruas.

sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com

macao.communications.museum




Register

          Register atau yang disebut dengan memori adalah suatu rangkaian logika yang mampu menyimpan data dalam bentuk bilangan biner. Fungsi dari register ini selain sebagai penyimpanan data juga untuk menghindari berkedipnya angka yang ditunjukkan oleh display (seven segment) pada saat menerima pulsa-pulsa yang diberikan oleh decoder.

         Sebuah register geser dapat memindahkan bit-bit yang tersimpan ke kiri atau ke kanan. Register geser dikelompokkan sebagai urutan rangkaian logika, oleh karena itu register geser disusun dari rangkain Flip-Flop. Selain untuk pergeseran data, register geser juga dapat digunakan untuk mengubah data seri ke paralel atau dari data parallel ke seri.

Gambar 2.32 Rangkaian Shift Register




sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com

www.eelab.usyd.edu.au/




2.3.4 COUNTER DAN REGISTER

Counter
Counter secara umum diklasifikasikan atas counter asyncron dan counter syncronous.

a. Counter Asyncronous
            Counter Asyncronous disebut juga Ripple Through Counter atau Counter Serial(Serial Counter), karena output masing-masing flip-flop yang digunakan akan bergulingan (berubah kondisi dari “0” ke “1”) dan sebaliknya secara berurutan atau langkah demi langkah, hal ini disebabkan karena hanya flip-flop yang paling ujung saja yang dikendalikan oleh sinyal clock, sedangkan sinyal Clock untuk flip-flop lainnya diambilkan dari masing-masing flip-flop sebelumnya. Contoh gambar rangkaian dan simulasi counter asynchronous dapat dilihat pada berikut :

Gambar 2.31 Rangkaian Asynchronous Counter

b. Counter Syncronous
        Counter syncronous disebut sebagai Counter parallel, output flip-flop yang digunakan bergulingan secara serempak. Hal ini disebabkan karena masing-masing flip-flop tersebut dikendalikan secara serempak oleh sinyal Clock.




sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com
  • www.gitam.edu/eresource



Cara kerja dari FF-JK

Cara kerja dari FF-JK adalah sebagai berikut :
1.   Pada saat J dan K keduanya rendah, gerbang AND tidak memberikan tanggapan sehingga keluaran Q tetap bertahan pada keadaan terakhirnya.

2.   Pada saat J rendah dan K tinggi, maka FF akan diseret hingga diperoleh keluaran Q = 0 (kecuali jika FF memang sudah dalam keadaan reset atau Q memang sudah pada keadaan rendah).
3.   Pada saat J tinggi dan K rendah, maka masukan ini akan mengeset FF hingga
diperoleh keluaran Q = 1 (kecuali jika FF memang sudah dalam keadaan set atau
Q sudah dalam keadaan tinggi).

4.   Pada saat J dak K kedua-duanya tinggi, maka FF berada dalam keadaan "toggle", artinya keluaran Q akan berpindah pada keadaan lawan jika pinggiran pulsa clocknya tiba.




sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com


Flip-Flop JK

         FF JK mempunyai masukan "J" dan "K". FF ini "dipicu" oleh suatu pinggiran pulsa clock positif atau negatif. FF JK merupakan rangkaian dasar untuk menyusun sebuah pencacah. FF JK dibangun dari rangkaian dasar FF-SR dengan menambahkan dua gerbang AND pada masukan R dan S serta dilengkapi dengan rangkaian diferensiator pembentuk denyut pulsa clock seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.8.

Gambar 5.8 Rangkaian FF JK


         Pada FF JK ini, masukan J dan K disebut masukan pengendali karena kedua masukan ini yang menentukan keadaan yang harus dipilih oleh FF pada saat pulsa clock tiba (dapat pinggiran positif atau negatif, tergantung kepada jenis FFnya). FF ini berbeda dengan FF-D karena pada FF-JK masukan clock adalah masukan yang dicacah, dan masukan J serta K adalah masukan yang mengendalikan FF itu. 



sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com


Flip-Flop Data

Pada FF-SR ada nilai-nilai masukan yang terlarang. Untuk menghindari adanya nilai terlarang tersebut, disusun suatu jenis FF lain yang dinamakan FF Data. Rangkaian ini dapat diperoleh dengan menambahkan satu gerbang NOT pada masukan FF terlonceng sebagai berikut:



Gambar 2.30 Rangkaian FF Data dan Tabel Kebenarannya

Dari gambar 5.7 tersebut terlihat bahwa untuk sinyal clock yang rendah, keluaran Q akan tetap "terkunci" atau "tergerendel" pada nilai terakhirnya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pada saat kondisi clock rendah, sinyal masukan D tidak
mempengaruhi keluaran Q. Sedangkan untuk sinyal clock yang tinggi, maka akan
diperoleh keluaran sesuai dengan data D yang masuk saat itu.

sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com


Flip-Flop SR Terlonceng

FF jenis ini dapat dirangkai dari FF-SR ditambah dengan dua gerbang AND atau
NAND untuk masukan pemicu yang disebut dengan sinyal clock (ck).


Gambar 2.29 Rangkaian FF Terlonceng dan Tabel Kebenarannya


sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com

Flip-Flop SR

Flip-Flop SR merupakan rangkaian dasar untuk menyusun berbagai jenis FF yang
lainnya. FF-SR dapat disusun dari dua gerbang NAND atau dua gerbang NOR.


 Gambar 2.28 Rangkaian FF SR dan Tabel Kebenarannya

Mengeset FF berarti membuat keluaran Q = 1 dan mereset FF berarti membuat keluaran Q = 0 dari kondisi stabil/ tak berubah. Mengeset FF dari gerbang NAND
dapat dilakukan dengan membuat S = 0 dan mereset dilakukan dengan membuat R = 0. Sedangkan mengeset FF dari gerbang NOR dapat dilakukan dengan membuat S = 1 dan mereset dengan memberi nilai R = 1.



sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com


2.3.3 Flip Flop

      Salah satu rangkaian logika yang sangat bermanfaat yaitu rangkaian logika
sekuensial yang diinterkoneksikan untuk penyimpanan, pewaktu, perhitungan dan
pengurutan. Bentuk dasar dari rangkaian logika sekuensial adalah rangkaian flip-
flop yang dirangkai dari gerbang logika seperti NAND dan AND.
      Nama lain dari flip-flop adalah multivibrator bistabil, dimana keluarannya
adalah suatu tegangan rendah (0) atau tinggi (1). Keluaran ini tetap rendah atau
tinggi selama belum ada masukkan yang merubah keadaan tersebut. Rangkaian yang bersangkutan harus di-drive (dikendalikan) oleh satu masukkan yang disebut
pemicu (trigger). Keadaan tersebut akan berubah kembali bila ada masukkan pemicu lagi.

Berdasarkan cara penyimpanannya flip-flop dapat digolongkan atas :
     RS Flip-flop
     JK Flip-flop
     D Flip-flop
     T Flip-flop



sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com

2.3.2 Decoder

             Decoder adalah suatu piranti elektronika yang berfungsi untuk menterjemahkan bahasa yang dimengerti oleh mesin menjadi bahasa yang dimengerti oleh manusia.
Gambar 2.27 Rangkaian Logika Decoder 2 To 4



sumber :
  • id.edaboard.com/topic-847232.0.html
    • http://www.wikipedia.org
  • http://www.google.com





2.3 Teori Dasar Sistem Digital

2.3.1 Multiplexer
            Sebuah Multiplexer adalah rangkaian logika yang menerima beberapa input data digital dan menyeleksi salah satu dari input tersebut pada saat tertentu, untuk dikeluarkan pada sisi output.
Gambar 2.26 Rangkaian Demultiplexer



Demultiplexer
            Sebuah Demultiplexer adalah rangkaian logika yang menerima satu input data dan mendistribusikan input tersebut ke beberapa output yang tersedia. Seleksi data-data input dilakukan oleh selector line, yang juga merupakan input dari demultiplexer tersebut.






sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com

2.2 Teori Dasar Elektronika

 Dalam elektronika, komponen dasar elektronika di bagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.      Komponen Aktif
2.      Komponen Pasif

Komponen aktif elektronika adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya membutuhkan sumber tegangan dan sumber arus, misalnya Dioda, Resistor, Kapasitor, Trafo dan lain – lain. Sedangkan komponen pasif elektronika adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya tidak memerlukan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri. Misalnya Transistor, Tranducer, SCR, IC (Integrated Circuit), Relay, dan lain – lain. Namun disini kami

akan menjelaskan uraian dari komponen – komponen elektronika yang bersangkutan dengan alat yang sedang kami buat yaitu “ BCD TO 7 SEGMENT DECODER“.


sumbaer :
  • http://www.wikipedia.org/
  • http://www.google.com